Contoh Karya Ilmiah

LUMBUNG PANGAN KELUARGA SEBAGAI SARANA KETAHANAN PANGAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI PANDEMI

Oleh:
TRI AJI ROMDHANI & IKHWAN AL RASYID

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bersama, sejak akhir tahun 2019 ini masyarakat dunia sedang diguncang oleh sebuah pandemi yaitu Corona Virus Desease 2019 atau biasa dikenal dengan Covid-19.  Virus ini diketahui berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 dan mulai dinyatakan berada di Indonesia pada Maret 2020.  Penyebarannya sangat pesat, hingga mencapai lebih dari 200 negara di seluruh dunia.  Menurut berita yang dilansir kompas.com pada 15 Mei 2020, jumlah korban meninggal di Indonesia mencapai 1.076 orang dengan penambahan rata-rata kasus per hari sekitar 400 orang. 

Pandemi Covid-19 ini berpengaruh sangat besar pada kehidupan masyarakat.  Penularannya yang sangat cepat memaksa pemerintah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah yang memiliki angka penularan yang sangat tinggi.  Selain itu masyarakat juga diminta untuk tetap berada di rumah agar penyebaran dapat segera dihentikan.  Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan adanya penurunan ekonomi, terlebih jika penyebaran virus ini tidak segera berakhir. 

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam masa-masa social distancing atau PSBB adalah ketersediaan pangan yang cukup.  Kepanikan yang mungkin terjadi di masyarakat adalah kekhawatiran akan ketercukupan bahan pangan yang diakibatkan oleh melemahnya ekonomi mereka.  Masyarakat harus tetap bisa menjaga ketersediaan pangan mereka selama masa pandemi berlangsung, meskipun aktivitas kerja mereka dibatasi.  Karenanya, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menjaga ketersediaan bahan makanan tersebut dalam waktu yang lama.

Pemerintah sebenarnya telah mengupayakan penyediaan bahan makanan bagi masyarakat, yakni dengan adanya bantuan berupa sembako dan program lainnya.  Namun masyarakat tetap harus bisa berdikari dan tidak selalu mengandalkan pemerintah, terlebih kapasistas bantuan tersebut belum tentu bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat.  Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan masyarakat guna membantu menjaga ketersediaan pangan mereka selama masa pandemi berlangsung adalah dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan rumah masing-masing.  Oleh karena itu, masyarakat perlu melaksanakan upaya untuk membantu menjaga ketahanan pangan keluarga. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga ketersediaan pangan bagi keluarga adalah dengan menyediakan lumbung pangan keluarga.  Penyediaan lumbung pangan khusus bagi keluarga dinilai dapat membantu ketahanan masyarakat terutama dalam menghadapi pandemi seperti saat ini.  Oleh karena itu, pembahasan terkait lumbung pangan keluarga perlu dilakukan agar masyarakat bisa segera mendapatkan informasi dalam implementasi program tersebut dengan tepat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah berikut:
Apakah lumbung pangan keluarga dapat membantu menjaga ketahanan pangan keluarga?
Bagaimana cara melaksanakan program lumbung pangan keluarga dengan memanfaatkan lingkungan rumah untuk membantu menjaga ketahanan pangan keluarga?

Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan dari tulisan ini adalah:
Mengetahui manfaat penyediaan lumbung pangan keluarga bagi ketahanan pangan keluarga
Mengetahui cara pelaksanaan lumbung pangan keluarga dengan memanfaatkan lingkungan rumah dalam upaya menjaga ketahanan pangan keluarga.

BAB II.  PEMBAHASAN

2.1  Ketahanan Pangan Keluarga

Ketahanan pangan keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam menjaga ketersediaan bahan pangan mereka sehari-hari.  Ketahanan pangan keluarga sangat penting untuk diperhatikan terlebih pada masa penyebaran pandemi seperti Covid-19.  Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk menjaga ketahanan pangan dengan menjalankan amanat undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 .  Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk. meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri, menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan keamanan mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat, mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi perputaran ekonomi di dunia, sehingga berpotensi besar menjadi penyebab adanya krisis pangan di Negara kita.  Proses distribusi yang terganggu karena adanya PSBB atau lockdown di berbagai kota di dunia juga menyebabkan ketersediaan pangan bagi masyarakat perkotaan menjadi terhambat.  Ditambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta tingginya angka kemiskinan sehingga kemampuan keluarga dalam memenuhi pangan juga terkendala.  Sehingga pemerintah dan masyarakat perlu bergotong-royong bersama dalam menyelesaikan persoalan tersebut. 

Selain menaati peraturan dan mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah, masyarakat juga dapat membantu menjaga ketahanan pangan Negara dengan berusaha mandiri menjaga ketahanan pangan keluarganya masing-masing.  Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan strategi terbaik untuk pangan keluarga dengan berhemat, menunda pengeluaran lain dan menyediakan lumbung pangan keluarga, serta program-program lain yang mendukung strategi tersebut.

2.2 Lumbung Pangan Keluarga

Pemerintah mendorong masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri, salah satunya melalui kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM).  Namun kegiatan ini sulit dilaksanakan untuk daerah dalam status PSBB
(pembatasan sosial berskala besar), sehinga yang perlu dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga ketersediaan pangan keluarganya adalah dengan menjalankan program keluarga yakni lumbung pangan keluarga.  Pelaksanaan lumbung pangan keluarga tidaklah berbeda dengan kegiatan lumbung pangan masyarakat, hanya saja skala perbandingannya lebih kecil, yakni hanya dilakukan oleh keluarga di masing-masing rumah mereka.

Lumbung pangan keluarga adalah sebuah implementasi kepedulian keluarga dalam mengantisipasi dampak kelangkaan pangan yang mungkin terjadi akibat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau karantina wilayah yang mungkin bisa meluas.  Penyediaan lumbung pangan keluarga bukan berarti hanya sekedar menyimpan beberapa item barang, namun lebih tepatnya adalah sebuah upaya keluarga dalam menyimpan cadangan makanan mereka secukupnya untuk dapat dikonsumsi secara pribadi.  Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat kita tidak pernah tahu seberapa lama atau sampai kapan masa penyebaran pandemi ini berlangsung.

Program yang dapat dilaksanakan keluarga dalam mengimplementasikan lumbung pangan keluarga adalah family farming atau gerakan menanam seperti yang disampaikan oleh  Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo yang dilansir dalam Liputan6.com (23/4) dalam kunjungannya di Manado, Selasa, 21 April 2020.  Family farming ini dapat menjadi pondasi yang cukup untuk membantu menjaga ketahanan pangan keluarga menghadapi pandemi.

2.1.1 Melaksanakan family farming sederhana sebagai upaya penyediaan lumbung pangan keluarga

Membantu menjaga ketersediaan bahan pangan sehari-hari dengan menyimpan cadangan makanan secukupnya  untuk kebutuhan keluarga adalah tujuan utama dari lumbung pangan keluarga.  Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpan bahan makanan instan yang tahan lama seperti mie instan, daging kaleng (kornet), sarden, dll.  Namun kebutuhan keluarga akan gizi yang seimbang juga perlu dijaga selama pandemi berlangsung, sehingga kita membutuhkan lebih dari bahan-bahan tersebut untuk persediaan pangan keluarga.  Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan melakukan family farming atau pertanian keluarga, yaitu kegiatan pertanian yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga, bukan oleh perusahaan.  Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan rumah untuk kegiatan produksi pangan seperti peternakan atau perikanan.

Syahyuti (2016) menjelaskan bahwa program family farming telah dilaksanakan oleh sebagian besar petani di dunia dan terbukti memberikan sumbangan yang besar pada kesehatan lingkungan, pengentasan kemiskinan, dan kesejahteraan petani.  Hal tersebut menunjukkan pentingnya kita untuk segera dapat  melaksanakan  family farming terlebih dalam masa pandemi seperti saat ini, sehingga kita bisa membantu mempertahankan ketahanan pangan keluarga.  Dengan membantu menjaga ketahanan pangan keluarga, maka otomatis kita turut andil dalam menjaga ketahanan pangan nasional.  Hanya saja, tidak semua keluarga memiliki lahan yang cukup luas untuk melaksanakan program tersebut, sehingga perlu ada upaya lain yang dapat dilakukan oleh keluarga yang tidak memiliki lahan, yakni dengan memanfaatkan lingkungan rumah masing-masing.

Pemanfaatan lingkungan rumah untuk family farming secara sederhana sebagai sarana lumbung pangan keluarga dapat kita lakukan dengan cara:

Menanam tanaman yang mengandung karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi bagi kita.  Setiap hari kita memerlukan asupan karbohidrat yang cukup agar tubuh kita berenergi dan tidak mudah lemas.  Contoh tanaman produsen karbohidrat adalah padi, jagung, singkong, dll.  Dari semua tanaman tersebut, yang menjadi makanan pokok bagi masyarakat Indonesia sampai hari ini adalah nasi yang berasal dari padi.

Setiap hari kita selalu membutuhkan nasi sebagai sumber karbohidrat bagi kita.  Namun untuk menanam padi penghasil nasi tersebut sangatlah tidak mudah, karena membutuhkan lahan sawah dan perawatan yang tidak mudah.  Sehingga kita perlu mencari sumber karbohidrat lain yang bisa kita tanam di rumah.  Salah satu jenis tanaman penghasil karbohidrat yang mudah di tanam adalah tanaman umbi-umbian.

Bagi keluarga yang memiliki lahan pekarangan yang cukup luas, menanam tanaman umbi-umbian seperti singkong dan ubi jalar merupakan pilihan terbaik sebelum menanam tanaman lainnya.  Terlebih singkong yang mudah baik penanamannya maupun perawatannya.  Singkong ini dapat menjadi camilan menemani waktu berkumpul bersama keluarga di rumah, atau bahkan dapat menjadi cadangan asupan karbohidrat jika sewaktu-waktu keluarga kehabisan stok beras.  Singkong dapat diolah menjadi nasi tiwul sehingga bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok.

Penanaman singkong sebagai sumber karbohidrat cadangan bagi keluarga memang dapat dikatakan cukup efektif, namun juga terdapat kekurangan khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki halaman yang cukup.  Bagi rumah yang tidak memiliki lahan pekarangan sama sekali tentu penanaman tidak dapat dilakukan.  Meski begitu, menanam singkong tetap merupakan pilihan yang tepat bagi keluarga yang memiliki halaman meskipun tidak terlalu luas, karena dapat menjadi salah satu sarana lumbung pangan bagi keluarga tersebut.

Menanam sayur-mayur dan bumbu dapur

Selain karbohidrat, kita membutuhkan asupan gizi lainnya seperti vitamin, zat besi, serat, dan lain-lain.  Kebutuhan nutrisi tersebut dapat tercukupi dengan mengonsumsi buah dan sayur-sayuran.  Banyak jenis sayuran yang sering diolah oleh keluarga menjadi hidangan yang menemani makanan pokok (nasi) sehari-hari seperti tumis kangkung, bayam, dan lain-lain.  Oleh karenanya, kita perlu memastikan ketersediaan sayuran tersebut dengan menanam tanaman sayur sebagai salah satu sarana lumbung pangan keluarga.

Sebagai lumbung pangan keluarga, tanaman sayur yang ditanam seharusnya merupakan tanaman yang tidak membutuhkan waktu panen yang lama.  Tanaman tersebut di antaranya adalah kangkung, bayam, dan selada.  Kangkung hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 minggu.  Bayam membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 minggu agar bisa dipaneun.  Sedangkan untuk selada, waktu yang dibutuhkan adalah 30 hari.  Ketiga tanaman sayur tersebut selain waktu panen yang cukup singkat, penanaman dan perawatannya pun cukup mudah.  Jika tidak memiliki lahan yang cukup luas, penanaman dapat dilakukan dengan cara hidroponik secara sederhana.  Bahkan kangkung dan bayam dapat ditanam secara sederhana hanya menggunakan sampah ember atau sejenisnya yang kemudian dimanfaatkan sebagai pot.

Selain sayur-sayuran, tanaman lain yang perlu ditanam untuk menghemat pengeluaran selama pandemi dan menjadi item lumbung pangan keluarga adalah tanaman bumbu seperti bawang, cabai, dan daun bawang.  Ketiga tanaman tersebut sangat sering digunakan sebagai bumbu masakan di dapur keluarga kita.  Cara tanamnya pun cukup mudah, benih tanaman tersebut pun bisa kita dapatkan dari dapur kita sendiri, serta waktu panen yang juga tidak terlalu lama.
Untuk cabai, benih bisa didapatkan dengan cara mengeluarkan biji cabai, rendam dengan air hangat selama dua jam, lalu tanam pada tanah dalam pot buatan sendiri (dengan memanfaatkan ember atau plastik yang tidak terpakai).  Bawang dapat ditanam dengan cara memilih benih yang tepat (bawang berukuran cukup besar namun hanya terdiri dari satu siung), potong sedikit di bagian atasnya (bukan bagian akar) agar terdapat ruang pertumbuhan tunas, lalu tanam pada tanah dalam pot yang kita sediakan.  Sedangkan untuk daun bawang, dapat kita tanam dengan memotong pada bagian batang berwarna putih yang dekat dengan akar dari daun bawang, kemudian tempatkan dalam cangkir yang berisi sedikit air dan letakkan cangkir di jendela yang terkena sinar matahari hingga akar tersebut menumbuhkan daun bawang yang baru.

Peternakan dan perikanan

Melaksanakan peternakan dan perikanan dengan memanfaatkan lingkungan rumah tentu sebagian besar kita tidak bisa melaksanakannya dalam skala besar.  Namun dalam rangka penyediaan lumbung pangan keluarga, kita dapat melaksanakan peternakan dan perikanan dalam skala ringan.  Misalnya memelihara beberapa ayam kampung atau bebek.  Sedangkan untuk perikanan kita bisa menanam benih ikan lele pada ember yang cukup besar yang ada di rumah kita, karena lele merupakan salah satu jenis ikan yang cukup mudah dalam perawatannya.

2.1.2 Melaksanakan diversivikasi pangan sebagai pendukung efektivitas lumbung pangan keluarga

Diversifikasi pangan adalah sebuah upaya untuk memvariasikan asupan dan bahan pangan sehari-hari.  Seperti kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia menjadikan nasi beras sebagai bahan makanan pokok yang tidak bisa dipisahkan.  Bahkan bisa dikatakan bahwa orang Indonesia merasa belum makan jika belum makan nasi.  Hal itu menyebabkan tingginya keterbutuhan kita terhadap beras.

Kebutuhan kita terhadap beras terus meningkat setiap tahun.  Menurut pusat data dan informasi pertanian Kementerian Pertanian (2015), peningkatannya mencapai 132,98 kg/kapita/tahun.  Terlebih saat pandemi seperti saat ini, dengan adanya social distancing bahkan PSBB, masyarakat tidak bisa beraktivitas seperti biasa.  Proses distribusi pangan pun terhambat, sehingga kita perlu mengantisipasi ketersediaan beras tersebut. Salah satu upaya dalam mengantisipasi melonjaknya kebutuhan beras adalah dengan mencari opsi lain selain beras yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan pokok  misal nya ubi jalar, singkong, dan jagung. 

Diversifikasi pangan memang dilihat mampu mengurangi tekanan permintaan dan ketergantungan pangan kita terhadap beras.  Namun implementasi program ini tentu tidak mudah.  Mengubah kebiasaan turun temurun bertahun-tahun hingga seperti sudah melekat di kehidupan masyarakat tentu sangatlah sulit dilakukan.  Sehingga perlu upaya ekstra untuk menjalankan program ini.  Edukasi dan sosialisasi mungkin bisa kita lakukan, dengan harapan masyarakat bisa mendapatkan informasi yang tepat terkait pentingnya program ini.  Sayangnya, upaya tersebut masih mudah diabaikan oleh masyarakat, terlebih jika tidak ada keadaan yang benar-benar mendesak mereka agar melakukan diversifikasi pangan tersebut.

Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, masyarakat kini sedang dilanda kecemasan dan kekhawatiran akan ekonomi keluarga mereka.  Selain anjuran untuk menanam tanaman sendiri di rumah seperti yang sudah dibahas sebelumnya, momen pandemi ini dapat kita manfaatkan untuk mengedukasi ulang masyarakat akan pentingnya diversifikasi pangan, terlebih dalam menghadapi masa-masa sulit ekonomi yang bisa melanda kita kapan saja.  Kepanikan yang dirasakan masyarakat dapat mendorong mereka lebih kuat agar mengindahkan anjuran pemerintah melaksanakan diversifikasi pangan.

Pengupayaan terlaksanaanya diversifikasi pangan adalah sebuah tindakan yang perlu terus kita lakukan.  Diversifikasi pangan ini juga sangat mendukung program lumbung pangan keluarga yang kita bahas sebelumnya.  Sehingga upaya tersebut mampu untuk membantu kemandirian dan ketahanan pangan keluarga Indonesia.  Bahkan masing-masing keluarga diharapkan tidak lagi terlalu bergantung pada orang lain, karena mereka mampu memenuhi pangan mereka dari lingkungan rumah mereka sendiri.

2.3 Pengaruh Lumbung Pangan Keluarga terhadap Ketahanan Pangan

Dengan melaksanakan penyediaan lumbung pangan keluarga dan dilengkapi dengan memulai diversifikasi pangan di keluarga masing-masing, diharapakan akan memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan kita.  Dilaksanakannya lumbung pangan keluarga membuat keluarga mengupayakan secara mandiri ketersediaan pangan mereka dalam jangka waktu yang bisa diperkirakan, sehingga manajemen pengeluaran ekonomi keluarga dan juga evaluasi kebutuhan harian dapat lebih diperhatikan.  Masyarakat setidaknya bisa mengurangi ketergantungan pangan mereka terhadap orang lain, karena beberapa kebutuhan makanannya dapat mereka penuhi sendiri dari apa yang mereka tanam.

Adanya lumbung pangan keluarga juga bisa membantu mengurangi jumlah masyarakat yang terpaksa keluar rumah.  Masyarakat yang menanam sayur sendiri sebagai bagian dari lumbung pangan keluarga mereka, tidak perlu pergi belanja untuk membeli sayuran tersebut.  Sehingga penerapan social distancing pun bisa lebih diterapkan.

BAB III.  KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disampaikan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Penyediaan lumbung pangan keluarga dinilai dapat membantu menjaga ketahanan pangan keluarga, terlebih untuk mengantisipasi krisis pangan menghadapa pandemi seperti saat ini.
Lumbung pangan keluarga tidak hanya melakukan penyimpanan beberapa item bahan pangan, namun juga dilakukan dengan menyediakan cadangan pangan dengan menanam tanaman, berternak, dan memelihara ikan secara sederhana dengan fasilitas yang ada di lingkungan rumah.
Pelaksanaan diversifiasi pangan dinilai mampu membantu fungsi dari lumbung pangan keluarga dalam menjaga ketahanan pangan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Berita Update kasus Covid19 Kompas pada 15 Mei 2020, pukul 15.58 WIB. https://nasional.kompas.com/read/2020/05/15/15580191/update-15-mei-ada-16496-kasus-covid-19-di-indonesia-bertambah-490. Diakses pada: 15 Mei 2020 pukul 16.30 WIB.

Berita Liputan 6 pada 23 April 2020 pukul 07.00 WIB. https://www.liputan6.com/regional/read/4234170/jaga-ketahanan-pangan-saat-pandemi-covid-19-dengan-family-farming. Diakses pada: 15 Mei 2020 pukul 16.00 WIB.

Pusat data dan system informasi pertanian kementerian pertanian. 2015. Outlook komoditas pertanian subssektor tanaman pangan padi. Kementerian pertanian. ISSN: 1907 – 1507. 103 hal.

Syahyuti. 2016. Relevansi konsep dan gerakan pertanian keluarga (family
Farming) serta karakteristiknya di indonesia. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini